A. FILSAFAT YUNANI KUNO
Setidaknya
mari kita berbagai pemikiran dan distorsi atau bahkan resultan dari pemikiran
(Filsafat) dan Hati ini, sejak suatu jaman terkenal, yaitu jaman Yunani Sofisme
Kuno yang terkenal dengan Filsafat Relativisme (Pluralis) Sofistik Yunani Kuno
pra-Masehinya yang paling menonjol dari masa itu selain Filsafat Atomis Yunani.
Kata ”Sofia” itu sendiri berarti ”berpikir” dalam bahasa Latin Yunani ini.
Permulaan
pemilihan masa telaah ini juga sesuai dengan pembagian telaah jaman yang umum
saat ini (sesuai pembagiannya oleh bangsa Barat yang mendominasi
ilmu-pengetahuan saat ini). Masa Yunani Kuno ini antara lain bertokohkan Filsuf
Thales (624-546 SM), Anaximander, Parmanides, Gorgias, Zeno, Socrates, Plato,
Aristoteles, Ptolemeus, Galen, Hipocrates, Euclides, dsb. Masa ini kemudian
juga menjadi salah satu inspirasi Renaissance Barat berabad-abad kemudian
setelah Masa Abad Pertengahan (Medieval), dalam melawan kebodohan masa Abad
Pertengahan.
Walaupun
sudah jamak pula kebiasaan orang dalam berpikir kritis di masa Yunani Kuno ini,
namun secara umum inti dari pemikiran- pemikiran Filsafat Sofistik Yunani Kuno
mereka adalah ”relativitas pemikiran”, atau yang disebut juga sebagai, Filsafat
Relativisme (Pluralis). Filsafat Relativisme (Pluralisme) ini, adalah paham
yang berdasarkan pemikiran dasar bahwa "Kebenaran itu sesungguhnya
(adalah) relatif”.
Maka
karenanya pula, ”seluruh versi kebenaran dapat saja menjadi benar”, yang dalam
hal ini bahkan masih pula bergantung kepada pemikiran, perasaan, hawa nafsu,
dan lain-lain, dari para pemikirnya; manusia, tentu saja. Dan di beberapa Abad
kemudian, khususnya di masa kini di Abad XXI Masehi ini, ini juga menjadi salah
satu inspirasi dasar gerakan Pluralisme. Termasuk juga dalam Pluralisme Agama
bahwa semua agama itu benar, semua agama mengajak ke Surga, semua versi Tuhan
adalah benar, maka Tuhan dapat dicapai melalui agama manapun, karena kebenaran
itu sebenarnya relatif.
Juga
Liberalisme, dengan prinsip kebebasan berpikirnya yang berlebihan (apdahl
kemampuan berpikir manusia itu terbatas terutama karena hanya berdasarkan apa
yang masuk ke alam pemikirannya saja) termasuk dalam aneka eksperimennya, yang
didengung-dengungkan kaum Liberalis, Sekuleris, Pluralis, Spiritualis,
Fremasonry, dan sebagainya, entah untuk apa. Kemungkinan menelaah dan
menggunakan alam semesta dengan menggunakan akal yang ternyata terbatas
kemampuannya itu, menjadi menarik, bagi kaum ini, dan mereka menggunakannya
untuk memahami segala hal.
Sementara
Pluralisme Budaya adalah sangat patut didukung (asalkan tak bertentangan dengan
syariat dari Allah Tuhan Semesta Alam) dan adalah fitrahi (alami), konsekuensi
wajar dari sunnatullah dan karenanya juga adalah adanya berbagai suku-bangsa,
namun beberapa pendapat dari kaum ini antara lain mengatakan bahwa Agama itu
(hanya) adalah produk budaya, alias buatan (pemikiran dan fantasi hawa nafsu)
manusia (dan Setan), karenanya semua agama itu relatif kebenarannya dan bahkan
semua agama itu (dapat saja) benar, alias Pluralisme (kebenaran) Agama. Hal
terakhir ini adalah satu hal yang sangat tak perlu didukung, apalagi diamalkan,
bagi muslim.
Telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa sebab dari Filsafat, adalah pemikiran akan alam
semesta, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka, misalnya yang terkenal,
dalam hal ini, adalah perdebatan di antara mereka sendiri, kaum pemikir-filsuf
di masa Yunani Kuno itu, tentang apa sesungguhnya isi dari alam semesta, yang
notabene lebih didasarkan kepada sangkaan dan pemikiran menurut mereka secara
‘bebas’ (dengan kata lain juga, lebih-kurang, adalah dengan ‘liar’), tanpa
banyak mengindahkan petunjuk aturan dari Tuhan. Kiranya ini juga dapat telah
terjadi karena tak cukup ada ilmu-pengetahuan di masanya, sebagai
pembanding-penguji kebenarannya, maka pemikiran dapat menjadi liar, rusak, dan
merusak.
Dan
manusia serta lingkungannya pun tak pelak turut menjadi rusak. Kebijaksanaan,
atau hikmah, tentu saja, diperlukan dalam menyaringnya. Dan Agama di masa ini,
adalah Agama yang mempercayai banyak tuhan, alias Politeisme, dengan aneka
Dewanya. Masa sebelum (Pra) Sokrates Ras atau bangsa Yunani merupakan bangsa
yang dikenal sejarah kini sebagai yang termasuk yang pertama kali berusaha menggunakan
akal secara luas untuk berpikir, selain berbagai bangsa (di wilayah) lain.
Kegemaran
bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi
berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Menurut Barthelemy, kebebasan
berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama
yang didasarkan pada kitab suci. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya
kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan
politik secara bersamaan.
Perlu
pula diingat bahwa Mesir, Mesopotamia, Persia, Cina dan India, adalah juga
berbagai pusat peradaban besar dunia di jaman Kuno, bersama Yunani, yang
dikenal manusia sekarang, dengan tidak mengesampingkan kemunginan pusat
peradaban lain yang disebutkan dalam legenda (yang belum dapat dibuktikan)
tentang Atlantis.
Hal
kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales
(640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala sesuatu adalah
air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales masih dipengaruhi
kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras (572-500 SM) yang belum
murni rasional. Sekte atau Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang
menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos (mengenai biji kacang itu).
Ada
tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra Socrates ini yaitu Thales,
Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh
perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada
adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau
prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak
henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander
berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes menunjuk
ke udara.
Thales
juga berpendapat bahwa Bumi ini terletak di atas air. Tentang Bumi, Anaximander
mengatakan bahwa Bumi ini persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang
sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan, ia
berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, dan bentuk hidup yang
pertama adalah Ikan. Dan manusia pertama itu tumbuh dalam perut Ikan. Sementara
Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan
antara tubuh manusia dan jagad raya. Udara di alam semesta, adalah ibarat jiwa
yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filsuf
berikutnya yang cukup perlu diperkenalkan, ditelaah, adalah Pythagoras.
Ajaran-ajarannya yang pokok adalah, pertama, bahwa jiwa itu menurutnya tidak
dapat mati. Menurutnya, sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan,
dan setelah hewan itu mati, jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan
mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari Reinkarnasi itu.
Kedua,
dengan penemuannya akan interval- interval (jarak) utama dari berbagai nada
yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras
menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan
katanya, segala-galanya di jagad raya ini adalah berupa bilangan. Ketiga,
mengenai Kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagad raya
bukanlah Bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari
sebuah rumah.
Sejaman
dengan Pythagoras ada Filsuf Yunani yang bernama Heracleitos di kota Ephesos
dan ia menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang
perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu
sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Heracleitos juga berpandangan bahwa
di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada
sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur adalah "Pantarhei kai uden
menei", yang artinya adalah bahwa semuanya di dunia ini mengalir, dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.
Filsuf
Yunani pertama yang disebut sebagai peletak dasar Metafisika adalah Parmanides.
Parmanides berpendapat bahwa “yang ada itu memanglah ada, dan yang tidak ada
itu memanglah tidak ada“. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa “yang
ada” itu:
1. Satu dan tidak terbagi, 2. Kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3. Sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil
darinya, 4. Mengisi segala tempat,
akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf
tersebut dikenal sebagai filsuf Monisme yaitu pendirian bahwa realitas
seluruhnya bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja.
Para
Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf Pluralis, karena pandangannya yang
menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur. Filsuf Empidokles
menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat Rizomata (akar) yaitu api, udara,
tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua
prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empidokles juga menerangkan
bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama.
Pluralis
yang berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa Realitas terdiri dari
sejumlah tak terhingga Spermata (benih). Berbeda dari Empidokles yang
mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api
itu adalah (berkualitas) panas dan air itu adalah basah, Anaxagoras mengatakan
bahwa segalanya terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku,
menurutnya, dapat tumbuh dari daging.
Perubahan
yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nous
yang berarti roh atau rasio. Nous tidak tercampur dalam benih-benih, dan Nous
ini mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan
sebagai filsuf pertama yang membedakan antara "yang ruhani" dan
"yang jasmani". Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut
sebagai filsuf atomis.
Filsafat
Atomis (Atomisme) mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang tak
dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos (atau
sesuatu yang terkecil yang tak dapat dibagi-bagi lagi). Lebih lanjut dikatakan
bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti
AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z). Jumlah atom itu tidak berhingga dan
tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan Parmanides bahwa
atom-atom tidak dijadikan
dan kekal.
Tetapi Leukippos
dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal:
yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa juga
terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai
hasil interaksi antar atom itu. Setiap benda mengeluarkan eidola
(gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti
benda itu).
Eidola
ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri
dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan
sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan
atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat menimbulkan
rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa
panas, dan seterusnya, dan sebagainya.
Masa
Athena hampir bersamaan dengan masa Filsafat Atomis, muncul para Filsuf yang
mengalihkan obyek pemikiran manusia dari alam semesta, ke arah pemikiran
tentang manusia sendiri. Para Filsuf ini disebut sebagai kaum Sofis (Sophis)
yang dipelopori oleh Protagoras (485-420 SM). Menurutnya, segala fenomena
menjadi relatif bagi subyektifitas manusia. Ia mengklaim manusia sebagai ukuran
kebenaran dengan istilah “homo mensura”.
Kaum
Sofis berpendapat bahwa manusia menjadi ukuran kebenaran. Maka menurut mereka
tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran itu hanya berlaku
secara individual alias relatif. Mereka menggunakan retorika, berbagai argumen,
alasan, sebagai alat utama untuk mempertahankan kebenaran. Tidak adanya ukuran
kebenaran yang bersifat umum berdampak negatif, yaitu terciptanya kekacauan
tentang kebenaran, semua teori pengetahuan diragukan, serta kepercayaan dan
doktrin agama diabaikan. Filsafatnya disebut Filsafat Relativisme (Sofisme
Yunani Kuno).
Keseenak-klaiman Kaum Sofis mendapat imbangannya dalam diri seorang alim
(berilmu) yang disebut para pemerhati-penggemar Filsafat sebagai guru teladan
sepanjang jaman (the greatest teacher of all time) yang bernama Socrates
(470-399 SM). Socrates tidak menerima kepercayaan yang diabdikan pada sejumlah
berhala, sebab baginya Tuhan adalah tunggal. Menurutnya, kebenaran umum itu
ada, yaitu kebenaran yang dapat diterima setiap orang, kebenaran sesungguhnya,
yang sejati.
Pemikiran
tersebut dilanjutkan oleh Plato (429-348 SM), muridnya. Bagi Plato, kebenaran
umum itu memang ada; namanya adalah Idea atau Ide. Maka dalam Idealisme
metafisiknya, Tuhan adalah realitas yang tertinggi dan paling sempurna. Tuhan
tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, tetapi dari sesuatu yang disebut
“Dzat Primordial” yang berisikan seluruh unsur asli alam. Selanjutnya, muncul
Aristoteles (384-322 SM) yang meyakini Tuhan yang monoteistik (Satu Tuhan atau
Tauhid) dan meyakini kekekalan jiwa manusia. Sampai periode ini, agama dan
filsafat sama-sama dominan di Yunani.
Maka
dalam buku ”Filsafat Umum” oleh Prof. Ahmad Tafsir (banyak sumber penulisan
tentang berbagai macam Filsafat di naskah ini berasal dari buku ini pula),
contoh telaah pemikiran relatif dari Filsafat Relativisme Sofistik Yunani
adalah: Klaim Thales tentang alam semesta, dalam menjawab pertanyaan ”Apakah
isi alami dari alam semesta?” Jawabannya karenanya adalah, ”Air! ”. Klaim
Anaximander tentang pertanyaan yang sama, yang adalah bahwa, “Substansi
pertama, yaitu udara, telah ada dengan sendirinya”. Klaim Heracleitos bahwa,
“Berdasarkan intuisi(nya), alam (itu) selalu berubah”. Di luar klaim ini, ada
tokohnya yang lain yang bernama Parmanides, yang bersandarkan kepada
pemanfaatan logika dan
deduksi logis (primitif). Sementara itu, Filsuf yang
bernama Zeno, masih menekankan pada telaah Filsafat Relativisme dan karenanya
mengaminkan Relativisme kebenaran.
Tokohnya
yang mungkin paling terkemuka adalah Socrates (384-322 SM). Socrates dapat
dikatakan adalah seorang moralis yang tidak sepenuhnya mendasarkan diri pada
Akal, namun juga membangun pemahamannya melalui eksplorasi Hati, dan ia tidak
mau percaya pada relativitas kebenaran.
Maka
Socratespun menegaskan bahwa, “Tidak semua kebenaran relatif, melainkan ada
kebenaran sejati secara umum atau obyektif”. Di sini, Socrates telah selangkah
lebih maju daripada rekan-rekan sejawatnya, mencoba menelaah alam dan
potensinya dengan lebih seimbang. Dia, menurut kaum Filosof Barat, lebih
religius. Bahkan ada yang berspekulasi bahwa Socrates adalah seorang Nabi.
Wallohua’lam. Murid Socrates, Plato, adalah pencetus Filsafat Teosentris atau
Platonisme, yaitu sebuah pemahaman bahwa semuanya berpusat kepada Tuhan, dan
kebenaran itu karenanya, sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan.
Dia pun, seperti gurunya, semakin religius.
Paham
Platonisme ini di kemudian hari, di masa Filsafat Kristen, menjadi dasar bangsa
Barat (Kristen) dan para Filsuf serta aliran Filsafatnya untuk mengklaim
tentang kemutlakan kebenaran ajaran agama mereka (penjelasan tentang ini semua
ada di bagian Filsafat Abad Pertengahan) dengan segala argumentasinya. Bahkan
kaum Apologetik yang senang mencari berbagai macam cara untuk membenarkan klaim
mereka, misalnya kaum Apologetik Gereja, senang bermain-main di antara berbagai
paradigma pemikiran, sayangnya tanpa banyak menyadari kiranya, bahwa tak ada
pemikiran manusia yang sempurna.
Tokoh
Filsafat Sosisme Yunani yang menonjol kemudian, Aristoteles, amat dipengaruhi
metode yang kemudian disebut sebagai metode Sistematis Empiris yaitu metode
yang mendasarkan keyakinannya hanya kepada pengalaman yang dialami, 23 dalam
menelaah sesuatu. Penganut paham ini, tak akan mau mempercayai apapun, tanpa
mengalaminya terlebih dulu.
Hal ini,
di kemudian hari berabad-abad kemudian, juga menjadi dasar paham yang
mengedepankan logika (saja) dalam menelaah apapun, misalnya, paham Rasionalisme,
Materialisme, dan tentu saja, Empirisme (penjelasan tentang ini semua ada di
bagian Filsafat Modern dari naskah ini), yang menggali inspirasinya antara lain
dari Filsafat Yunani Kuno ini, sesudah muak akan kungkungan akan potensi akal
pada Masa Abad Pertengahan di bawah kontrol Gereja.
Di masa
ini, terutama di Yunani Kuno, yang dipentingkan secara umum adalah penggunaan
Akal, walaupun Agama (telaah Hati yang dalam hal ini adalah versi mereka), juga
ada. Dapatlah dikatakan karenanya, bahwa dalam masa ‘perang’ berkepanjangan
antara Akal dan Hati sepanjang sejarah manusia, pemanfaatan Akal (walaupun
secara dominan masih relatif menurut klaim pemikirnya masing-masing), dianggap
menang pada masa itu. Pemanfaatan akal dominan di masa ini, namun tetap tidak
menjamin kebenaran, karena adanya kecenderungan kepercayaan bahwa kebenaran itu
relatif (yakni akibat dari Filsafat Relativisme masa Sofis Yunani Kuno itu).
Jadi, dapat dikatakan bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri
yang membujuk pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani
bukanlah agama yang berkualitas tinggi. Dan kebenarannya masih relatif,
terserah masing-masing pemikir, relatif a la Relativisme, secara rata-rata,
kecuali pada Socrates dan muridnya, Plato yang yakin akan adanya kebenaran yang
sebenarnya. Dan di masa ini, kita ketahui, juga dipenuhi aneka Mitologi Yunani,
termasuk akan aneka makhluk aneh, jejadian, ghaib, beserta Dewa-dewanya, alias
paham dan Filsafat Politeisme (percaya akan banyak tuhan dan beribadah
kepadanya). Ini menjadi masalah cukup besar di kemudian hari.
B. Sejarah Filsafat Yunani Kuno
Orang
yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos
(dongeng-dongeng).
Setelah
abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya
dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu
demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir
dan meninggalkan hal- hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba
membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka
timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku
filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan
hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat
kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah
kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya ,
dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan
kehidupan manusia.
Yang
dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala,
sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal itulah
yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada
dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik,
iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana
mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
Dalam
sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah
filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan
itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.
Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah
intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka:
mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa
yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari
uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian
disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga
muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan
lain-lain.
2. Karya
sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani,
karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup
orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil,
kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan
sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi
juga aspek teoritis kreatif. Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan
mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat
lahir.
Periode
yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah
dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat
pertanyaan- pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama
dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang serba berubah.
Para
pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota
perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap
alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada
di belakang semua materi itu.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu:
1) Thales (625-545 SM) 6) Heraclitos (535 – 475 SM)
2) Anaxagoras (±499-20 SM ) 7) Parmenides (540-475 SM)
3) Democritos (460-370 SM). 8) Empledoces (490-435 SM)
4) Pythagoras (± 572-497 SM) 9) Anaximandros (640-546 SM)
5) Xenophanes (570 - ? SM) 10) Zeno (490-430 SM)
1. Thales (625-545 SM) Nama Thales muncul atas
penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari
tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan
gelar The Father of Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia.
Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585
SM. Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.
Thales
mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu
ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga
mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa
bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales
merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of Deductive
reasoning (bapak penalaran deduktif).
Dalam
sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang
didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan
membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya : bahwa kedua sudut alas
dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.Walaupun pandangan –pandangan
Thales benyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan
pertama yang masih sanagt sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran)
2. Anaximandros (640-546 SM) Anaximandros adalah
orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan
berjasa dalam bidang astronomi, geografi,sehingga ia sebagai orang pertama yang
membuat peta bumi.ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru
di Apollonia, Yuanani.
Anaximandros
mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak tertentu sifat-sifatnya,
yang dinami to apeiron.adapun anaximenes (590-528) mengatakan bahwa intisari
alam atau dasarnya pertama adalah udara.karena udaralah ynag meliputi seluruh
alam serta udara pulalah yang menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat
diperlukan oleh nafasnya. Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi
pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya
(Mayer,1950:19).anaximander menagatakan itu udara. Udara merupakan segala
sumber kehidupan , demikian alasannya
3. Pythagoras (± 572-497 SM) Mengenai riwayat
hidupnya , ia dilahirkan di pulau Samos, Lonia.tanggal dan tahunnya tidak
diketahui pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang
perlu diketahui Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.
Menurut
Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota kroton, Italia
Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat
tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun di kroton,
kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini. Pemikirannya ,
substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan
pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan
merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe
= bilangan memerintah jagat raya).pemikirannya tentang bilangan, ia
mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan
dan arti sendiri-sendiri.
Satu
adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna.
Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik
dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa
tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat
bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati,
yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras
mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka
dari itu , manusia harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari
kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan. Pythagoras
yang mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan
yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik.
Sehingga
ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia berpendapat
bahwa keharmonisan dapt tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan,
seperti : □ Terbatas – tak terbatas □ Ganjil – genap □ Satu – banyak □
Laki-laki – perempuan □ Diam – gerak □ Dan lain-lain menurut Pythagoras
kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia
tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi
menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah
yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan
atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat
sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan
(Love of Wisdom).
4. Xenophanes (570 - ? SM) Xenophanes lahir di
Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih
tepat dikatakan sebagi penyair dari pada ahli pikir (filosof), hanya karena ia
mempunyai daya nalar yang kritis yang mempelajari pemikiran- pemikiran filsafat
pada saat tu. Namanya menjdai terkenal arena untuk pertama kalinya ia
melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat
(rasional)dengan mitos.
Pendapatnya
yan termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya
antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan diganbarkan sebagai (seakan-akan)
manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain- lainnya.
Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia
juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banayk dan menekankan
atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang
berdasarkan pada mitologi.
5. Heraclitos (535 – 475 SM) Heraclitos lahir di
Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari
Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia mendapat julukan si
gelap karena untuk menulusuri gerak pemikirannya sangat sulit. Hanya dengan
melihat fragmen-fragmennya , ia mempunyai kesan hati yang tinggi dan sombong ,
sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh,
juga mencela orang –orang yang terkemuka di Yunani. Pemikiran filsafatnya
terkenal dengan filsafat menjdai.
Ia
mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu
berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden menci yang
artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tudak satu orangpun
yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya, karena air sungai yang pertama
telah mengalir , berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga
dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya
dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya
dikatakan filsafat menjadi.
Menurut
Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah , sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti kita
hendak memahami kehidupan kosmos, kita meati menyadari bahwa kehidupan kosmos
itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan
bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan . itulah
sebabnya ia sampai pada kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini
bukanlah baha (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh para filosof yang
pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Penyataan “semua mengalir”
berarti semua berubah bukanlah pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan
tersebut amat hebat. Dan tu mengandung pengertian bahwa kebenaran seallau
berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar
besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun besok dapat juga bukan empat. Pandangan ini
merupakan warna dasar flsafat sofisme. Menurut pendapatnya, di alam arche
terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal
atau semacam wahyu) . logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan
keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos.
6. Parmenides (540-475 SM) Parmenides lahir di kota
Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. ia di lahirkan di Elea,
maka penganutnya disebut kaum Elea. Kebesarannya sama dengan kebesaran
Heraclitos. Ia lah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada
(being). Parmanides adalah salah seorang tokoh relativusme yang penting.
Dikatakan
sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof
pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada
dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya, yang menggunakan metode
intuisi. Ternyata plato amat menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih
banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain
pendahulunya. Ia berpendapat bahwa hanya pnegetahuan ynag tetap dan umum yang
mengenai yang satu sajlaah (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya.
Pengetahuan
budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan
realitas. sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak
serta beralih dan bermacam- macam, melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang
menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa
realitas adalah gerak dan perubahan. Dalam The way of Truth Parmanides
bertanya: Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu
dapat dipahami? ia menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten.
Contoh.
Ada 3 cara berfikir tentang Tuhan : pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga
ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada
(1) tidak mungkin meyakini
yang tidak ada
(2) sebagai ada karena ayng tidak ada pastilah tidak ada. Yang
(3) tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada.
Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah muncul
masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran adalah
akal manusia.
Yang
ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang
tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak adalah tidak ada,
sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan adalah hanyalah yang ada
saja sedangkan yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being)
itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang ada akan
menimbulkan atau melahirkan banyak ada, dan itu tidak mungkin.yang ada
dijadikan dan tidak dapat musnah.yang ada di segala tempat, oleh karenanya
tidak ada ruangan yang kosong , maka di luar yang ada masih ada sesuatu yang
lain.
7. Zeno (± 490-430 SM) Zeno lahir di Elea , dan
murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan ajaran
gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian hari
ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika. Menurut Aristoteles, Zeno lah
yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari
suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu
kesimpulan.
Dalam
melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa
yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa
hipotesa itu salah. Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap
melawan gerak :
a. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi
hal yang tidak bergerak, karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di
suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat
pemberhentian yang lain dan seterusnya.. memang dikatakan anak panah tersebut
meleset hingga sampai pada yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut
sebenarnya merupakan kumpulan pemberhentian- pemberhentian anak panah.
b. Achilles si jago lari yang termasyur dalam
mitologi Yunanitdak dapat menang melawan kura0kura, karena kura-kura berangat
sebelum Achilles, sehingga Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai
titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia berangkat.setelah Archles
berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya
sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak
pernah habis. Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan
orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat
pengertian limit dari seri tak terhingga.
8. Empedocles (490-435 SM ) Lahir di Akragos, Pulau
Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Ptagorean dan aliran keagamaan
refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan
pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi , seperti Parmenides.
Dalam
bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi
dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu
tak lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) :
air. Udara. Api, dan atnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir
dari segala sesuatu.
Prosese
penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu
cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempt unsur tersebut tersusun
dalam keseimbangan , adapun bencilah yang mencerai beraikan keseimabangan yang
semula itu. Cinta lalu mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula.tetapi
dicerai beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan tidak lain daripada proses
pergabungan : karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung
dengan air kta tahu akan air. Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta
ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan
penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn
manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal
akan empat unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh
Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.
9. Anaxagoras
(±499-20 SM ) Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di
Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang
berdomisili di Athena , dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utana
perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM. Pemikirannya, realitas
bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat
dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari
materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
Tentang
terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya saling terkait,
kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom yang bergerak akan
menimbulkan pusat gerak atom (atom yang padat).yang disebut realitas seluruhnya
adalah sebagai suatu campuran yang mengandung semua benih-benih . di dalam tiap
benda mengandung benih. Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di
dalamnya. Hanya bisa melihat benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas (
yang telihat emas, karena warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang
lain seperti perak, besi, tembaga terdapat didalamnya.
Pemikirannya
tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci
yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros
mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang
berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari
semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama
kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.
10.
Democritos (460-370 SM) Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani
Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya
itu ia bepergian ke Mesir dan negeri – negeri Timur lainnya. Dari
karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam
masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik,
mesin, puisi dan lain-lain.
Sehingga
ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur
dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang
sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang
berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat
dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas Menurut pendapatnya, atom-atom
itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong.
Sebab
satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga
Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri
(yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong). Democritos pun membedakan
adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan
pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang
sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya
adalah penglihatan, penciuman, rasa”.
0 Komentar