1.
Jelaskan
Latar Belakang Kehidupan Keluarga
(
JAWABAN )
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan
pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Sistem nilai
menentukan perilaku anggota masyarakat. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat
yaitu:
a)
nilai agama saat ini degradasi terhadap
agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya
kurang setia pada agama yang dianutnya.
b) degradasi nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau
kesopanan, hal ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini.
b)
degradasi nilai-nilai sosial,
sebagaimana kita saksikan saat ini, masyrakat sangat individualis mementingkan
diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran dan
pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali
silaturrahmi terutama dengan keluarga.
c)
degradasi kesakralan keluarga, seperti
yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali kasus
suami membunuh istrinya, dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern
mempunyai ciri utama kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi
dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada
keluarga modern tinggal di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan
masyrakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan
mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan keluarga lainnya.
Namun dibalik semua itu, terdapat krisis keluarga,
artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang
tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama
remaja. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga
yaitu: kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan
ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah
pendidikan, masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telah disebutkan
di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesaian. Ada banyak upaya yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan
ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.
Pemecahan masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian.
1.
Pertama, kearifan
atau dengancara kasih sayang, kekeluargaan.
2.
Kedua orang tua
dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah
anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling).
Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia.
Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini:
1). Pendekatan individual atau juga disebut
konseling individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran
klien.
2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu
diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
2.
Jelaskan Sejarah Konseling Keluarga?
( JAWABAN )
Sejarah
perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat
pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I , Magnus Hirschfeld mendirikan
klinik pertama untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin
Institut For sexual science. Pusat informasi dan advis yang sama didirikan
pula di Vienna pada tahun 1922 0leh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain
didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924. Di Amerika Serikat ada dua
penentu yang masing-masing berkaitan dalam perkembangan gerakannya yaitu:
1). Adanya perkembangan pendidikan keluarga yang
diusahakan secara akademik, dan kemudian menjadi pendidikan orang dewasa.
2). Munculnya konseling perkawinan dan keluarga
terutama dalam masalah-masalah hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri
dan anak-anak) dalam konteks kemasyrakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang
pendidikan kehidupan perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah
Ernest Rutherford Gover (1877-1948).
Perbedaan
yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa adalah: Amerika
Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting) misalnya dengan
menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan Eropa hanya berawal dari
praktisi (para dokter terutama dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek
teoritisnya. Sedangkan istilahfamily conseling (konseling keluarga)
sama dengan family therapy, dimana yang terakhir itu lebih populer
di AS. Pada masa perkembangan selanjutnya, konseling keluarga lebih banyak
digarap oleh para terapis dibidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih terkenal
istilah family conseling (konseling keluarga). Karena
pelopornya adalah para psikolog seperti Grover.
Perkembangan
konseling keluarga di Indonesia sendiri tertimbun oleh maraknya perkembangan
bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling (BK) di sekolah
pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu
kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan
belajr, penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat
dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk membantu siswa. Namun
sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit, sehingga sekolah mengambil
kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan nama BK
karena banyak perlakuan “guru BK” yang tidak sesuai denga prinsip-prinsip BK,
seperti memarahi siswa, bahkan ada yang memukul. Mengenai kasus keluarga,
banyak juga ditemukan di sekolah seperti siswa yang menyendiri, dan suka
bermenung. Dan memang belakngan diketahui ternyata keluarganya berantakan,
misalnya ayah ibu bertengkar dan bercerai.
Dalam
proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi:
1) orientasi praktis, yaitu kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari
pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis
dengan gaya konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga
mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor, yaitu kepribadian konselornya
cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara dinamika kelompok
dikeluarga.
2) orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah
dengan mengadakan penelitian.
Selanjutnya
pengelompokan konselor, yaitu terdapat dua (A-Z)
1) pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976,
dalam praktiknya, sering memandu anggota keluarga kearah diskusi-diskusi
tentang pengalaman, waktu, ruang dalam sesi-sesi terapi.
2) kelompok (Z) yang berorientasi pada sistem.
Guerin 1976 ia mengamati bahwa ada tiga parameter penting dalam konseling
keluarga model Z ini. a) fokus terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; b)
derajat optimisme untuk melunakan perilaku manusia; c) tipe pendidikan yang
ditekankan.
Perkembangan
konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-an ditandai dengan adanya
pengorganisasian dalam konseling keluarga dan bermunculannya literatur yang
makin banyak dalam bidang tersebut. Susan Jones dalam bukunya “family
Therapy” menggunakan perbandingan-perbandingan pendekatan dalam konseling
keluarga yaitu:
1. Integratif
(Ackerman)
2. Psikoanalitik
(Farmo, Steirlin, Grotjan)
3. Bowenian
(Bowen)
4. Struktural
(Minuchin)
5. Interaksional
(Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
6. Social
Network (Speck, Attinev, Rueveni)
7. Behavioral
(Patterson).
3.
Apa
yang anda ketahui tentang konseling keluarga dengan pendekatan system
(
JAWABAN )
1.1 Perspektif Sistem dalam Keluarga
Perubahan
paradigma konseling keluarga telah terjadi, yaitu sejak pandangan bahwa klien
bermasalah bersumber dari gejala
intrapsikik pribadinya, kemudian muncul pandangan bahwa masalah klien bukan
masalah pribadi dan intrapsikik, tetapi merupakan masalah keluarga (keluarga
sebagai sistem).
Pandangan
psikoanalisis telah mendasari paradigma lama tentang kedudukan individu (klien)
di dalam keluarga. Pada setiap anggota keluarga yang dipandang adalah
individu-individunya yang dianggap menentukan kehidupan keluarga. Jika
seseorang anggota keluarga bermasalah, seperti terlibat kecanduan narkoba, maka
anggota lain tidak begitu berpengaruh. Dengan menyembuhkan individu tersebut
maka keluarga akan aman-aman saja. Dengan kata lain masalah intrapsikik seorang
anggota keluarga tidak berpengaruh apa-apa terhadap keluarga. Jika seorang
anggota tersebut terganggu, maka yang perlu dibenahi adalah anggota tersebut.
Tidak perlu memperbaiki seluruh sistem keluarganya.
Akan
tetapi, teori tersebut mulai mendapat tantangan dengan lahirnya teori sistem
yang diambil dari alam. Menurut teori sistem ada sistem tertutup (closed
system) dan ada pula sistem terbuka (open system). Sistem tertutup adalah suatu
sistem yang tidak berpengaruh oleh dunia luar, demikian pula dia tidak bisa
mempengaruhi dunia luar. Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem yang
dapat dipengaruhi oleh dunia luar, sebaliknya mungkin saja dia dapat
mempengaruhi dunia luar tersebut.
1.2
Teori Sistem Secara Umum
Paradigma
baru dalam teori sistem dipengaruhi oleh teori biologi dan kedokteran dengan
tokoh nya Bertalanffy (1929). Menurut
teori sistem itu bagian-bagian membentuk keseluruhan, karena bagian-bagian itu
saling mempengaruhi dan berkaitan sehingga menjadikan suatu sistem. Teori
sistem ini dimaksudkan dengan istilah sistem terbuka. Keadaan karakteristik
dari organisme hidup merupakan sistem terbuka dikatakan terbuka karena adanya
import dan export sehingga hal itu dapat mengubah komponen-komponen dalam
sistem. Teori ini diaplikasikan terhadap keluarga, sejak itu tampak bahwa teori
sistem dalam keluarga menggantikan pandangan lama yang memfokuskan pada individu.
Pandangan lama itu mengatakan bahwa keluarga merupakan penjumlahan dari
individu-individu. Teori sistem berlawanan dengan pandangan ini karena seorang
tidak akan dapat memahami masalah keluarga tanpa memahami saling hubungan
komunikasi dan interaksi anggota keluarga. Proses dimana anggota keluarga
saling berhubungan, berinteraksi, dinamakan sistem keluarga. Sistem keluarga
merupakan bagian pula dari sistem yang lebih luas yaitu masyarakat.
Barangkat
dari teori sistem yang telah dikemukakan diatas maka ada empat konsep penting
yang diambil dari Bertalanffy yaitu :
a)
Keseluruhan (wholessness)
Konsep
ini menggambarkan bahwa suatu sistem tidak akan dapat dipahami jika melihat
bagian-bagiannya saja. Demikian juga halnya perilaku seseorang, tidak akan
dapat dipahami tanpa melihatnya dalam sistem yang kompleks, tentang bagaimana
perilaku itu berkaitan dengan seluruh komponen dalam sistem. Para pakar teori
gestalt mengatakan “keseluruhan itu bermakna dari lebih kumpulan bagian-bagian
saja”.
Jika
seorang anggota keluarga berubah atau terganggu maka keseluruhan anggota
keluarga akan berubah atau terganggu pula. Prilaku anggota keluarga menyebabkan
anggota lainnya terganggu pula. Sebaliknya jika sistem keluarga terganggu maka
kemungkinan besar ada anggota lainnya terganggu juga.
b)
Umpan balik (feed back)
Umpan
balik adalah bagaimana individu-individu didalam sistem berkomunikasi satu sama
lain. Bentuk komunikasi itu adalah circular dan bukan linier. Komunikasi linier
sifatnya satu arah, sedangkan circular lebih dari dua arah atau menyeluruh.
c)
Homeostatis
Kencenderungan
sebuah sistem untuk mencari keseimbangan, kestabilan, disebut homeostatis.
Sebagai contoh jika suatu keluarga mencoba mempertahankan status-quo dengan
membiarkan saja seseorang anak yang kabur dari rumah untuk menjaga agar sistem
tetap seimbang, maka umpan balik dari peristiwa itu dinamakan negatif.
Kecendungan
keluarga untuk mencapai homeostssis atau stabilitas dengan mengurangi
penyimpanga-penyimpangan dalam enggan untuk berubah. Jika suatu peristiwa atau
prilaku menyimpang dalam keluarga dijadikan modal untuk menemukan penyimpangan
dalam komunikasi atau kesetabilan, lalu sistem keluarga menemukan kesetabilan
baru, maka hal itu dinamakan umpan balik positif. Dalam konseling keluarga
perhatian dipusatkan pada proses perubahan dan stabilitas dan bekerja sama
daalam sistem keluarga.
d)
Equifinality
Konsep
equifinality dimaksudkan bahwa banyak cara dilakukan untuk mencapai tujuan yang
sama. Jika konsep ini diaplikasikan dalam keluarga artinya ialah: cara-cara
yang dilakukan keluarga untuk menyelesaikan masalah kurang berarti, maka
cara-cara itu bukanlah cara yang terakhir. Keluarga itu perlu mencari cara-cara
lain yang lebih berarti sehingga mencapai hasil yang lebih baik (final).
1.3. Konselor Berfikir Sistem
Seorang
konselor keluarga melihat keluarga sebagai suatu proses dan anggota-anggota
keluarga saling berinteraksi dan berkomunikasi. Jika ada seorang anggota
keluarga terganggu berarti seluruh sistem keluarga juga terganggu. Sebaliknya
jika ada seorang anggota keluarga memperoleh keberhasilan atau keunggulan, maka
seluruh anggota keluarga akan bahagia dan sistem keluarga akan bertambah kuat
kesatuannya untuk saling membantu untuk kemajuan. Jadi bukan hanya anggota yang
satu itu saja yang terganggu, melainkan dapat menular kepada anggota lain.
Karena anggota keluarga yang terganggu itu akan berinteraksi dan berkomunikasi
sesuai dengan tingkat ketergangguannya. Pengaruh berfikir sistem telah mengubah
cara-cara konselor memandang prilaku klien yang terganggu. Dalam suatu studi
tentang schizophrenia, Bateston menyimpulkan bahwa prilaku yang terganggu itu
bukanlah negatif akan tetapi disebabkan adanya fungsi schizophrenia pada semua
anggota keluarga.
1.4 Penggabungan dan Integrasi Pendekatan Konseling
Akhir
tahun 60-an konflik ideologi meledak terutama antara pendekatan psikoanalitik
dengan pendekatan system. Konflik itu bersumber pada konsep-konsep
psikoanalitik yang tidak sesuai dengan konsep-konsep pendekatan sistem, seperti
prinsip homeostasis dan sirkuler. Demikian pula psikoanalitik mengganggap klien
yang mengalami gangguan intrapsikik akan menyebabkan interaksi keluarga menjadi
terganggu. Sedangkan menurut pandangan pendekatan sistem terjadinya gangguan
adalah karena terjadinya ketidakseimbangan, ketidakstabilan dalam keluarga.
Secara
umum ada tiga isu yang selalu berkembang tentang kontradiksi kedua pendekatan
konseling keluarga tersebut.
1) Isu
masa lalu vs masa kini
Secara
tradisional pendekatan psikoanalitik memandang bahwa pengalaman masalalu adalah
penyebab terjadinya masalah-masalah. Konselor psikoanalitik menggunakan
pengetahuan tentang kehidupan masa lalu klien untuk membantu klien untuk dapat
memahami lebih baik apa yang terjadi pada masa kini. Walau demikian, akhirnya
terjadi juga pengintregasian kedua aliran yang kelihatan bertentangan itu. Ada
tiga pakar yang bereksperimen tentang hal itu: Framo dengan pendekatan
transaksional masa lalu yang mencintai, digunakan untuk menjadi model bagi
perkembangan hubungan saat ini. Boszomenti-Nagy, telah berusaha unutuk mengintregasikan konsep psikoanalitik dengan
sistem keluarga untuk mencari pemahaman mengenai hubungan orang tua dengan
anak. Nagy memusatkan pertahiannya pada kebutuhan-kebutuhan yang tak disadari
dari orang tua. Munuchin, mempunyai kepedulian utama tentang struktur keluarga
yang gterjadi sekarang ini akan tetapi dengan mempertimbangakan
pengalaman-pengalaman masa lalu dalam memahami patologi dalam keluarga. Menurut
Nichols (1984), semua koselor keluargamemusatkan perhatian pada hubungan-hubungan
anggota keluarga pada saat kini (sistem) akan tetapi memeberikan ula pertahian
terhadap pengalaman-pengalaman anggota keluarga masa lalu.
2) Isi
vs Proses (content vs process)
Anggota
keluarga yang berhadapan dengan konselor biasanya menngeluh tentang isi
(content) dari kepedulian atau masalahnya. Psikoanalitik cenderung pada content
daripada proses keseluruhan interaksi dalam keluarga. Konselor mendengarkan
keluhan akan tetapi minat utamanya adalah pada keadaan bagaimana anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain (proses). Bebrapa aliran seperti
strategik menekankan pada urutan
disfungsional interaksi yang menyebabkan munculnya masalah; aliran strukturalis
memusatkan perhatian pada bagaimana anggota keluarga berinteraksi melaksanakan
fungsi-fungsi spesifik dalam subsistem keluarga.
3) Intrapsikik
vs Konteks Interpersonal
Psikoanalitik
memfokuskan pada masa lalu individu untuk mendorong insigh (interapsikik);
sedangkan teori sistem mengutamakan interaksi interpersonal yang terjadi saat
ini antara para anggota keluarga. Konselor sistem berusaha memperhatikan
konteks interpersonal untuk memahami perilaku.
2.1 Konseling
Keluarga Struktural : Salvador Minuchin
Konseling
keluarga struktural dikembangkan oleh Minuchin berangkat dari teori sistem. Hal
ini tampak pada konsep dan intervensinya dalam konseling keluarga yang
menekankan pada keseluruhan dan keaktifan dari sistem keluarga yang
terorganisasi. Minuchin memfokuskan pada interaksi dan struktur keluarga.
Teori
dan teknik konseling keluarga struktural dikembangkan tahun 1976 ileh Minuchin.
Orientasi struktural untuk menangani masalah keluarga dan juga sigle parent
families.
Praktek konseling keluarga struktural berdasarkan
konsep kunci yaitu:
·
Keluarga sebagai sistem manusia yang
mendasar
·
Fungsi subsistem dalam sistem keluarga
·
Karakteristik aturan-aturan sistem dan
subsistem
·
Pengaruh-pengaruh keterlibatan antara
anggota keluarga
·
Evolusi pola-pola transaksi
2.2. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Minuchin
mengatakan bahwa keluarga adalah “multibodied organism” organisme yang terdiri
dari banyak badan. Keluarga adalah satu kesatuan atau organisme. Ia bukanlah
merupakan kumpulan individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai
komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu
ialah anggota keluarga. Karena itu dalam konseling keluarga struktural yang
dikatakan “pasien” adalah keluarga dan masalah serta gejala-gejalanya merupakan
fungsi kesehatan dari keluarga tersebut. Masalah dan gejala-gejala itu adalah
hasil ciptan interaksi dan struktur keluarga secara sistematik.
2.2.1 Fungsi Subsistem
Didalam
sistem keluarga terdapat beberapa subsistem yaitu:
·
Marital subsystem : merupakan sistem
perkawinan antara sepasang manusia yaitu suami dan istri. Peranan utama
perkawinan ialah untuk mencapai kepuasan atas dasar cinta dan penghargaan.
·
Parental subsystem : yaitu subsistem
keluarga yang terdiri dari orang tua (Ayah-Ibu). Peran utamanya adalah
memberikan perhatian, kasih sayang dan membesarkan anak-anak sehingga menjadi
manusia yang berguna.
·
Sibling system : yaitu subsistem
anak-anak dalam sistem keluarga (sibling = saudara kandung). Peran utamnya
adalah diantara anak-anak terdapat interaksi, mereka belajar berhubungan dengan
keluarga dan teman-teman diluar keluarga (sekolah dan masyarakat).
2.2.2. Aturan-aturan Sistem Keluarga
Ialah
aturan-aturan tentang siapa dan bagaimana berpartisipasi dalam sistem keluarga.
Aturan-aturan dikeluarga bertujuan agar sistem keluarga berjalan dengan baik.
Karena itu semua anggota keluarga harus memahaminya. Aturan-aturan keluarga ada
yang fleksibel dan adapula yang kaku. Jika aturan fleksibel berarti baik karena
prinsip aturan tidak hilang tapi caranya disesuaikan dengan keadaan. Tapi kalau
terlalu fleksibel akhirnya peraturan itu tembus, mudah berubah. Hal ini membuat
keadaan jadi kacau. Sebaliknya adapula aturan keluarga yang kaku. Hal ini bisa
menimbulkan setres anggota keluarga.
2.2.3 Keterlibatan Prilaku Anggota Keluarga
Perilaku
egois menyebabakan terganggunya sistem keluarga faktor penyebabanya karena masing-masing
anggota keluarga memiliki aturan sendiri dalam interaksi didalam sistem
keluarga. Karena itu semua anggota harus memahami aturan-aturan kehidupan, dan
masing-masing melaksanakan dalam perilakunya.
Untuk
mencapai kestabilan keluarga maka pola interaksi anggota keluarga berjalan
secara evolusi. Pada tahap, suami dan isteri melakukan transaksi hanya berdua.
Tapi jika nantinya ada anak-anak, maka transaksinya itu bertambah rumit.
Keluarga yang sedikit anggota keluarganya lebih sedikit pula masalahnya jika
dibandingkan dengan keluarga yang jumlah anggotanya lebih besar.
Sistem
keluarga berfungsi untuk saling membantu dan memungkin kemandirian dari anggota
keluarga. Suport dan autonomy merupakan keseimbangan dari fungsi yang saling
tolak belakang. Untuk mengetahui apakah keluarga berfungsi atau tidak maka,
dapat mengajukan pertanyaan :” apakah keluarga menyediakan sesuatu suasana yang
mendorong kebutuhan bagi semua anggota keluarga?”.
Konselong
keluarga struktural tidak menginginkan paragdima organisasi yang sama untuk
semua kelurga. Tetapi menekankan pada apakah struktur, organisasi keluarga saat
ini terutama dalam hal sosial budaya nya mampu memenuhi kebutuhan semua anggota
keluarga. Jika tidak, maka keluarga itu dapat digolongkan tak fungsional.
Beberapa
kriteria ketakberfungsian keluarga menurut aponte dan van deusen 1981 :
a.
Dimensi batas/ aturan
Struktrural
keluarga yang fungsional terdapat batas-batas atau aturan yang dimengerti
dengan baik dan fleksibel. Tetapi pada sistem keluarga yang tak fungsional
terdapat sebaliknya. Definisi batas atau tauran merujuk kepada derajat mudah
atau tidaknya batas-batas sistem itu tembus. Jika batas itu mudah tembus maka
hanya sedikit perbedaan bahkan mungkin tidak ada perbedaan sama sekali antara
individu dengan lingkungan. Artinya terjadi campur aduk tidak karuan hal ini
memyebabkan rendahnya toleransi untuk menjujung kemandirian dan menghambat
individu dalam keluarga.
b.
Masalah blok dalam keluarga
Dala
keluarga yang kurang fungsional bisa terjadi blok-blpkan dalam keluarga.
Misalnya anak laki-laki memihak ibu, jika terjadi pertengkaran antara ayah dan
ibu. Anak itu akan membela ibunya. Artinya ibu dan anak laki-laki tersebut
mebentuk satu blok untuk menyerang ayah.
c.
Masalah kekuasaan
Kekuasaan
adalah kemampuan relatif individu atau subsistem untuk melaksanakan fungsinya.
Kemampuan ini bukanlah sifat dalam diri seseorang, tetapi tergantung pada
karakteristik hubungan. Misalnya jika seorang anak menyuruh ayahnya membersihkan rumah karna temannya
akan datang, maka perbuatan itu pasti tidak pada tempatnya (kurang ajar).
Disini tampak bahwa peran anak untuk memerintah ayahnya sudah keliru. Berarti
fungsi subsistem orang tua dalam keluarga itu telah terancam punah.
3.1 Kenali struktur keluarga
Menurut
aliran struktural, sebelum melakukan praktik treatment terhadap keluarga,
terlebih dahulu assesmen terhadap pola interaksi keluaraga saat itu. Konselor
keluarga harus mampu memahami dan mengembangkan konsep masalah.
Menurut minuchin (1974) ada enam hal yang perlu
diperhatikan jika konselor keluarga menilai pola interaksi keluarga saat ini :
a.
Kenali struktur keluaraga, pola-pola transaksional yang mereka sukai dan
alternatif yang tersedia.
b. Nilai
fleksibilitas sistem dan kapasitas untuk perluasan seperti mengubah aliansi dan
koalisi sistem dan subsistem dalam berespon terhadap perubahan keadaan.
c.
Menguji daya resonasi sistem keluarga, kesensitifan terhadap anggota
lain
d.
Meninjau suasa kehidupan keluarga, menganalisa faktor penunjang dan
faktor yang menimbulkan stres dalam ekologi keluarga.
e.
Menguji tahap perkembangan keluarga dan penampilan keluarga dalam
melakukan tugas sesuai dengan tahap tersebut.
f.
Jelajahi cara yang digunakan atau gejala yang selalu dilakukan dan
pertahankan dalam pola interaksi sistem keluarga. Setelah dilakukan asessmen
terhadap situasi pola interaksi keluarga
maka perlu menetapkan tujuan konseling keluarga. Tujauannya adalah untuk mengubah
pola-pola transaksional dan selanjutnya mengubah hal-hal yang berada disekitar
masalah itu. Jadi berubahnya pola transaksional dalam keluarga adalah tujuan
utama konseling keluarga struktural.
3.2 Akomodasi
Ialah
teknik dimana konselor berprilaku dalam cara yang sama dengan gaya keluarga,
langkah keluarga dan keistimewaan atau keanehan keluarga. Dalam teknik ini terdpat dua komponen yaitu :
a. Konselor
berusaha untuk mengubah perilakunya supaya sesuai dengan gaya sistem keluarga.
b.
Penghargaan dan rasa hormat terhadap adanya struktur keluarga.
3.3 Mengikuti Jalan
Yaitu,
mengikuti jalan komunikasi atau pikiran aanggota keluarga. Mengikuti komunikasi
keluarga adalah sama dengan hubungan. Dalam mengikuti jalan konselor mengajukan
pertanyaan open-ended, yaitu pertanyaan yang memungkinkan jawabannya menjadi
luas. Mengikuti jalan amat ditentukan oleh usaha konselor untuk mendengar
dengan telinga ketiga. Artinya kita tidak cukup hanya hadir didepan keluarga
akan tetapi harus hadir dengan merespon perasaan dan pikiran para anggota
keluarga. Respon seperti itu memungkinkan tidak dapat dilakukan oleh anggota
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Dipihak lain konselor harus mampu
menggunakan metaphor (kiasan-kiasan) untuk mengusahakan munculnya pola-pola
komunikasi kelurga. Metaphor atau metapora lahir dari kisaran budaya setempat,
dari tata cara perilaku dan kehidupan suatu bangsa. Metaphor dapat diangkat
dari pekerjaan, hobi, peranan, barang kesukaan, dan lain-lain yang
memungkinkan. Penggunaan metaphor dalam konseling keluarga dalah untuk membantu
membentuk kembali ikatan keluarga sesuai dengan kenyataan dengan cara menjajaki
komunikasi keluarga dari konten ke tingkat proses. Mengikuti jalan adalah suatu
bentuk akomodasi karena iyaakan berhasil jika konselor berusaha menyamakan
nadanya dengan nada keluarga, bukan memaksakan keinginannya.
3.4 Mimesis
Berasal
dari kata yuanani yang artinya “imitasi” atau “copy”. Teknik ini bertujuan agar
konselor mengadopsi gaya, langkah, perasaan, penampilan fisikdan sebagainya
dari keluarga. Misalnya seorang konselor membuka dan jasnya dalam bekerja
dengan keluarga, itu termasuk mimesis. Secara intuitif mimesis dilakukan
bukanlah sebagai langkah bertujuan, akan tetapi semata-mata karena konsekuensi
alamiahdari tujuan strukturral agar konselornya dapat menyesuaikan diri dengan
keluarga. Beberapa teknik lain juga penting dalam konseling keluarga struktual,
yaitu: fokus, teknik instruksi (enactment), intensitas, mengenal aturan atau
batas-batas, saling mengisi (complementary), dan merekonstruksi realitas.
3.5 Fokus
Konselor
memilih bidang informasi yang akan dia olah. Jadi tidak semua informasi
keluarga yang dikemukakan akan menjadi
fokus olahan, tentu yang terfokus pada relevansi dengan masalah keluarga.
Pengamatan dilengkapi dengan kepekaan terhadap perasaan anggota keluarga,
gerak-gerik, air muka, dan isi pembicaraan. Dari sana kita akan mencari fokus
mana yang tepat.
3.6 Intruksi (enactment)
Konselor
meminta klien untuk melakukan bukan mengatakan. Misalnya tentang situasi
tertentu, aksi tertentu dan sebagainya. Instruksi harus amat spesifik, misalnya
“coba anda katakan pada putra anda ini apa yang anda inginkan dari dia”. Jadi
pada teknik ini peranan sentralisasi konselor berubah menjadi desentralisasi,
yaiyu yang bicara adalah klien langsung dengan klien lainnya.
Dengan
ini akan menumbuhkan hubungan antar personal dengan anggota keluarga. Jadi
konselor harus mengerti segera terhadap konflik, saling membantu, terjadinya
koalisi dan aliansi dalam keluarga itu. Tujuan kita adalah lebih baik anggota
keluarga saling berbicara, dari pada membicarakan/menggunjingkan anggota lain.
3.7 Intensitas
Adalah
suatu usaha konselor keluarga untuk memberi dan menekankan pengaruh kuat yang
bermakna dikeluarga. Konselor sadar jika ia menyampaikan suatu ucapan kepada
keluarga, tidak begitu saja hal itu dilaksanakan. Jadi konselor harus tanggap
dan memahami bahwa apa yang dikemukakan secara positif belum tentu diterima
dengan positif pula oleh keluarga. Karena itu intensitas ucapan, instruksi,
atau seruan perlu ditingkatkan.
Untuk membangun intensitas ini Minuchin dan Fishman
(1981) mengemukakan beberapa upaya:
a.
Pengulangan- sederhana/secukupya berita;
b.
Pengulangan berita (message) dengan dinamika situasi yang seimbang;
c. Mengubah panjangnya waktu dari interaksi
tertentu;
d.
Mengubah jarak antara peserta;
e.
Menghindarkan induksi (hal-hal yang dapat mengganggu keluarga) kedalam
keluarga. Contoh ucapan konselor (kepada ibu yang overaktif) “biarkan anak itu
bangun sendiri”, “biarkan anak itu pergi sendiri kesekolah”, “hentikan paksaan
dalam membuat PR terhadap anak”, “beri anak itu berfikir untuk menemukan
caranya”.
3.8 Mengenal Batas-batas/Aturan Subsistem Keluarga
Usaha
konselor untuk memisahkan batas-batas antara subsistem suami istri dengan ayah
ibu merupakan hal yang penting untuk memahami dengan jelas perilaku atau peran
masing-masing. Jika peran ini menyimpang, perlu dibantu mendudukkan pada
porsinya semula.
3.9 Saling Mengisi (complementary)
ialah usaha konselor untuk menimbulkan pemahaman
pada anggota keluarga bahwa mereka semuanya membantu dan saling meningkatkan
mereka harus saling membutuhkan. Tindakan keluarga tidaklah berdiri sendiri
akan tetapi positif atau negatif terhadap anggota lain.
3.10 Merekonstruksi Realitas
Bila
konselor mengungkapkan kembali atau menginterprestasikan pandangan dunia nyata
keluarga, atau persepsi mereka tentang diri dan masalahnya, hal itu disebut
merekonstruksi realitas. hal ini dilakukan konselor karena keluarga telah
terperangkap dalam masalahnya serta memandangannya dengan kaku dan tidak
realitas. karena itu konselor mencoba memerahkan agar pandangan keluarga
terhadap masalah mereka bersifat realistik dan objektif.
Jadi
disini konselor harus bisa mengajak anggota keluarga berfikir yang realistik
dan objektif.
Karena
itu yang perlu diketahui konselor adalah faktor penyebab ketakrealitas
keluarga. Beberapa faktor adalah:
a. Kasih
sayang yang berlebihan dari anggota keluarga terhadap anggota bermasalah.
b. Faktor ketakacuhan masing-masing anggota
keluarga.
c.
Anggota keluarga yang bermusuhan.
Untuk
menghadapi kasus-kasus emosional seperti ini, maka konselor harus mampu
memahami latar belakang kehidupan keluarga. Disamping itu konselor
dituntut keuletan, kesabaran, dan skill
dalam berdialog yang amat memadai.
4.
Berikan
pengertian konseling
keluarga beserta teori-teori konseling?
(
JAWABAN )
1) pengertian
konseling keluarga
konseling keluarga merupakan
proses pemberian bantuan bagi suatu keluarga melalui pengubahan interaksi antar anggotanya
sehingga keluarga tersebut
dapat mengatasi masalah yang dihadapinya bagi kesejahteraan anggota dan keluarga secara keseluruhan.
2)
Teori-Teori Konseling
·
Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini
mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar
terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak
gunung es yang muncul di tengah laut, sedanhkan sebagian besar gunumg es yang
terbenam itu adalah alam ketaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut
Freud terdiri dari id, ego dan super ego.
- Tujuan dan Proses Konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalh untuk
membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal
yang tak disadri menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada
usaha konselor agar klien dapat menghayati, memhami dan mengenal
pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun.
- Teknik Konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1) Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam
pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarng ini
sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya. 2) interpretasi, teknik yang
digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan
transferensi klien. 3) analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal
yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah
yang belum terpecahkan. 4) analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan
meminta perhatian klien untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya resistensi. 5) analisis transferensi, konselor mengusahakan agar
klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neorosisnya terutama pada
usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
- Terapi Terpusat pada Klien (Client-Centered
Therapy)
Client-Centered Therapy sering
juga disebut terapi non-directive adalah suatu metode perawatan psikis yang
dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta
gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan Teknik
Konseling
Berikut
ini adalah tahapan-tahapan konseling terapi terpusat pada klien
- Klien
datang kepada konselor atas kemauan sendiri
- Situasi
konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor
menyadarkan klien.
- Konselor
memberanikan klien agar ia mampu mengemukaan prasaannya.
- Konselor
menerima perasaan klien serta memahaminya.
- Konselor
berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
- Klien
menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
- Klien
merealisasikan pilihannya itu.
Implementsi teknik konseling didasri oleh faham filsafat
dan sikap konselor tersebut. Karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan,
memberanikan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang
lebih utama adalah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan tujuan
pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai
kata dengan perbuatan, dan konsisten, memahami secara empati, memberi penilaian
kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
- Terapi Gestal
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl
(1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisa, penomenologis,
dan eksistensialisme serta psikologi gestal Menurut Parls individu itu selalu
aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau
organ-organ semata. Individu yang sehat adalah yang seimbang antra ikatan
organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial
dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestal.
- Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni
Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958)
untuk menanggulangi treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling
behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang
psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan
sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
- Tujuan Terapi Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien
membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih sehat. Selain itu, tujuan terapi behavioral
untuk memperoleh perilaku baru, mengeleminasi perilaku yang maladaptif dan
memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
- Teknik
konseling Behavioral
- Teknik
desensitisasi Sistematik. Teknik ini bermaksud mengajar klien untuk
memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami
klien.
- Teknik
Asertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami
kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan
teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran).
- Aversion
therapi. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan
memperkuat perilaku positif.
- Home-work.
Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan memberi tugas rumah untuk
satu minggu.
- Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo ialah agar dalam masalah yang
dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dari kehidupan serta
cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas
dari masalah tersebut. Ada pu teknik konseling logo, masih menginduk kepada
aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai
teknik konselingnya, menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan
kasus yang dihadapi.
- Rational Emotiv Therapy (RET)
Teori ini dikembangkan seorang eksitensialis Albert Ellis
1962. Teori ini memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya
dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan
berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia
bebas, berpikir, bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoanalisis
dengan mengatakan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan
terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi disebabkan
pikiran-pikiran seorang yang bersifat irasional terhadap peristiwa dan
pengalaman yang dilaluinya.
- Tujuan dan Proses Terapi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah
sikap, presepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional
menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi
diri yang optimal. Adapun proses konselingnya adalah:
- Konselor
menunjukan kepada klien bahwa kesulitanyang dihadapinya perhubungan dengan
keyakinan irasional dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap
rasional.
- Setelah
klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran
irasional, maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irasional.
- Konselor
berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan
konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses
penyalahan dan perusakan diri.
- Proses
terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang
irasional dan fiktif.
- Teknik
Konseling
Layanan konseling RET
terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang
digunakan lebih banyak dari RET adalah: asertive training, (melatih dan
membiasakan), sosiodrama (sandiwara pendek tentang kehidupan), self modeling
(konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik
reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sistimatik,
relaxatation, self-control, diskusi, simulasi, homework assignment, dan
bibligrafi (memberi bahan bacaan).
5.
Bagaimana
aplikasi teori-teori konseling serta bagaimana proses dan tahapan konseling
keluarga.
(
JAWABAN )
1) aplikasi
teori-teori konseling
Aplikasi
teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan.
Akan tetapi konselor sering merasa kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan
single theory. Karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi
saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan multi theory
adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia,
terutama dalam praktek konseling.
·
Pendekatan Terpusat Pada Klien
Roger
menekankan bahwa klien secara individual dalam keanggotaan kelompok akan
mencapai kepercayaan diri, dimana dia mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga
dapat mempercayai dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisi ada yakni:
kejujuran, keaslian, memahami, menjaga, menerima, menghargai secara positif dan
belajar aktif. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai
fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur
komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola
komunikasi telah berantakan bahkan terputus sama sekali.
Seorang
konselor amat menentukan terhadap keterbukaan anggota keluarga dalam setiap
sesi. Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai
seorang pakar yang akan menerangkan rencana treatmentnya. Akan tetapi ia
berusaha untuk menggali sumber yang ada didalam keluarga itu yaitu bahwa
anggota keluarga mempunyai potensi untuk berkembang untuk digunakan memecahkan
masalah individu atau keluarga. Dan esensinya bahwa anggota keluarga adalah
arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan rerpek (rasa hormat) yang
tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk menentukan dirinya sendiri.
Dengan demikian, konseling keluarga adalah proses menganyam dari semua anggota
keluarga untul tumbuh dab menemukan dirinya sendiri.
·
Pendekatan Eksistensi Dalam Konseling
Keluarga
Di
dalam konseling eksistensial, aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan,
menerima tanggung jawab secara bebas, penggunaan kreatif terhadap
kecemasan, dan penelitian terhadap makna dan nilai, adalah merupakan hal-hal
yang mendasar dalam situasi terapetik dalam konseling keluarga. Dalam prinsip
eksistensialis yang digunakan pada konseling keluarga, menggunakan
metode-metode kognitif, behavioral dan berorientasi kepada perbuatan. Asumsi
dasar dari keluarga adalah bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui
pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri. Kelabunya kehidupan keluarga tidak lain
adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan
pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Aah yang kita kejar dalam
konseling keluarga ialah terjadinya anggota keluarga memutuskan untuk mengubah
struktur kehidupan keluarga yang sesuai denga visi mereka sendiri.
·
Konseling Keluarga Pendekatan Gestal
Teori
gestal memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga,
bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana
ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka
berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam
pendekatan ini ialah keterlibatan konselor dalam keluarga. Karena itu, yang
terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara dan emosi mereka. Konselor
melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai
sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam perjumpaan antara sesama.
Konselor membawa kepribadian, reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan
konseling keluarga. Konselor akrab dengan mereka dan berusaha memahami dan
merasakan isi hati mereka. Konseling yang jujur, asli akan terjadi jika
individu-individu yang terlibat didalamnya giat berusaha untuk menempatkan diri
sebagaimana adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.
·
Pendekatan Konseling Keluarga Menurut
Aliran Adler
Adler
beranggapan bahwa problem seseorang pada hakekatnya adalah bersifat sosial,
karena itu diberi kepentingan yang besar terhadap hubungan-hubungan antara
manusia, yang terjadi sebagai dinamika psikis dari individu-individu yang
biasanya merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari pendekatan ini
adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan
di dalam keluarga. Salah satu asumsi terpenting adalah bahwa konseling keluarga
harus diikuti secara suka rela oleh anggota keluarga. Anggota keluarga
bagaimana memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga dan bagaimana
mencapai persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha kompromi dan serta
aktif berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik. Adapun teknik-teknik
yang digunakan dalamteori ini yaitu: (inteview awal) konselor membantu
mendiagnosis, (rolre playing) bermain peran, (interpretasi) penafsiran.
·
Pendekatan Transaksional Analysis (TA)
dalam Konseling Keluarga
Tujuan
dasar dari konseling keluarga (TA) ialah bekerja dengan struktur kontrak yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Adapun
tahapan-tahapan konselingnya yaitu:
1.
Tahap Awal, fokus konseling adalah pada
dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor menerangkan kepada anggota
keluarga bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi anggota lain dalam
suatu unit keluarga.
2.
Tahap Kedua, terjadinya proses terapetik
dengan setiap anggota keluarga. Di sini akan terlihat dinamika individu dalam
proses konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami dinamika
hubungan antara mereka, maka fokus kita sekarang adalah terhadap keluarga
sebagai suatu unit.
3.
Tahap Ketiga, tujuan kita disini adalah
mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga. Tujuan yang akan dicapai
adalah berfungsinya anggota-anggota keluarga baik secara independen maupun
interdependen sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat
hidup sehat dalam keluarga.
·
Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalitik
Aliran
psikoanalitik dalam konseling keluarga member penjelasan tentang latar belakang
kehidupan keluarga sebagai pemahaman terhadap pola-pola intrapsikik yang
terbuka dalam konseling keluarga. Konsep psikoanalitik mengajarkan
konaselor untuk memahami ketakberfungsian pola-pola keluarga yang telah
menyebabkan isu-isu pribadi yang tak terpecahkan diantara ayah, ibu dan anak
gadisnya. Tangtangan tebesar dari konselor ialah untuk membantu anggota
keluarga agar menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam
menanggulangi proyeksi dan trasferensinya dan memahami bahwa masalah keluarga
masih berlarut-larut seandainya mereka terus menerus berorientasi secara tak
sadar kepada kehidupan masa lalunya. Pendekatan ini menunjukan bahwa suatu
kekuatan yang ditempuh untuk memecahkan masalh keluarga sebagai suatu sistem
dengan mencapai perubahan struktur kepribadian kedua orang tua.
·
Konseling Keluarga Rational Emotive
Tujuan
dari rational-emotive therapy (RET) dalam konseling keluarga pada dasrnya sama
dengan yang berlaku dalam konseling individual atau kelompok. Anggota keluarga
dibantu untuk melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan
bagi diri mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka
didorong untuk mempertimbangkan bagaimana akibat perilakunya, pikirannya,
emosinya telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya. Konseling
keluarga (RET) mengajarkan anggota keluarga untuk bertanggung jawab terhadap
perbuatanya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap situasi keluarga.
·
Aplikasi Teori Behavioral dalam
Konseling Keluarga
Konselor-konselor
behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial (social
learning theory) terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa
prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku, dapat
diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah di dalam suatu
keluarga. Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap konseling keluarga
menurut Liberman (1981) mengungkakpkan tiga bidang kepedulian teknis bagi
konselor: (1) kreasi dari gabungan terapetik yang positif, (2) membuat analisa
fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga dan (3) implementasi
prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement danmodeling di
dalam konteks interaksi di dalam keluarga. Dengan menggunakan peranan gabungan
terapetik (Role Of Therapeutic Alliance), penilaian keluarga dan selanjutnya
melaksanakan strategi behavioral.
·
Konsep-konsep Logotherapy Dalam
Konseling Keluarga
Konsep-konsep
logotherapy populer setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya: “Man’s
Search for Meaning” tahun1962. Logotherapy bertujuan agar klien yang
menghadapi masalah dapat menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna
mengenai kehidupan dan cinta. Di dalam konseling keluarga, konselor sebaiknya
mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam
hubungan interpersonal. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota keluarga
berdiskusi satu sama lain tentang problem mereka, kemudian dibantu menemukan
makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut memberikan dorongan semangat
hidup klien ke arah positif.
2) Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses
konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh
berbagai faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang.
Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor
harus melibatkan diri (partisipan penuh) dalam dinamika konseling keluarga.
Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling
keluarga yaitu:
1.
Relasi seorang konselor dengan klien
2.
Relasi satu klien dengan klien lainnya
3.
Relasi konselor dengan sebagaimana
kelompoks
4.
Relasi konselor dengan keseluruhan
anggota keluarga dan
5.
Relasi antar sebagaimana kelompok
dengan sebagaimana kelompok anggota lain, misalnya ibu memihak anak laki-laki
dan ayah memihak anak perempuan.
Di
dalam konseling keluarga konseor diharapkan mempunyai kemampuan profesional
untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari
berbagai kualitas emosional dan kepribadianya. Konseor yang profesional
mempunyai karalteristik yaiti:
(a) ilmu konseling dan ilmu lain yang
berkaitan dengan berwawasan.
(b) keterampilan konseling,
(c) kepribadian konselor yang terbuka,
menerima apa adanya dan ceria.
Secara
umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
1. Pengembangan
Rapport
Hubungan
konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang
merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya,
sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan
oleh aspek-aspek diri konselor yakni: kontak mata, perilaku non verbal
(perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, keramahan, senyum,
menerima, jujur/asli, penuh perhatian), bahasa lisan, atau
verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa,
senyum dan bahasa lisan yang halus.
1. Pengembangan
Apresiasi Emosional
Jika
semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota keluarga semua terlibat,
maka akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki
keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah meraka dan merek mampu saling
menghargai perasaan masing-masing. Ada dua teknik konseling keluarga yang
efektif yaitu sculpting dan role playing kedua teknik ini memberikan peluang
bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan
emosi masing-masing anggota keluarga.
1. Pengembangan
Alternatif Modus Perilaku
Pada
pengembangan alternatif ini yaitu mempraktikan temuan baru dari semua
anggota keluarga, yang bisa dijadikan alternatif perilaku yang baru di
keluarga. Aplikasi perilaku tersebut dilakukan melalui praktek di rumah.
Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikan
selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga
berikutnya. Tugas ini juga sering disebut home assignment (pekerjaan rumah).
1. Fase
Membina Hubungan Konseling
Fase
ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling
secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan
konseling yang dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya. Secara
berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut: (1)
konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya
siap dibimbing. (2) tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan
kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya, (3) tahap
struktur, konselor mengdakan kotrak, waktu yang akan digunakan, biaya dan
kerahasiaan. (4) tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling, hal ini
dilakukan untuk memudahkan bagi pembinaan bantuan kepada klien.
1. Memperlancar
Tindakan Positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
1. Eksplorasi,
mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan
strategis, mengupulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih
dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif,
mengungkap perasaan-perasaan dan melatih skill yang baru.
2. Perencanaan
bagi klien, dengan tujuan memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan yang
menyedihkan/menyakitkan, mengkosolidasi skill baru atau perilaku baru untuk
mencapai aktivitas diri klien.
3. Sebagai
penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling.
DI KUTIF DARI
Al-Irsyad Al-Nafs,
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 1, Nomor 1 Desember 2014 : 1-97 KONSELING
PERKAWINAN/KELUARGA ISLAMI di tulis oleh
A. Syahraeni Dosen Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
dan Komunikasi.
Dikutif dari Resum Buku Willis, Sofyan.S,(2009), Konseling Keluarga (Family
Counseling),.Bandung.Alfabeta, CV.
1 Komentar
Casino no deposit bonus codes | GAMBLERSNO!
BalasHapus› casino-no-deposit-casino-no gri-go.com › casino-no-deposit-casino-no You can also play slot games on sol.edu.kg slot machine games 출장마사지 at www.jtmhub.com one of the many online gri-go.com casino sites, such as the casino.com.